Sebagian orang menjawab kalimat “Asshalatu khoirun minannaum” dengan
ucapan “shadaqta wa bararta” yang artinya “anda benar dan anda telah
berbuat kebaikan”.
Abdul Karim ar Rafii asy Syafii mengatakan,
وان
يجيب من يسمع الاذان المؤذن فيقول مثل ما يقول وان كان السامع جنبا أو
محدثا الا في الحيعلتين فانه يقول لا حول ولا قوة الا بالله والا في كلمة
الاقامة فانه يقول أقامها الله وأدامها وجعلني من صالحي أهلها والا في
التثويب فانه يقول صدقت وبررت وفي وجه يقول صدق رسول الله صلى الله عليه
وسلم الصلاة خيرمن النوم
“Orang yang mendengar suara adzan hendaklah menjawab panggilan adzan
dengan menirukan apa yang diucapkan oleh muazin meski orang yang
mendengar adzan tersebut dalam kondisi hadats besar ataupun hadats kecil
kecuali untuk dua hai’alah-ucapan “Hayya ‘ala Shalat” dan ucapan “Hayya
‘alal Falah”-hendaknya dijawab dengan ucapan “laa haula wala quwwat
illa billah”. Demikian pula, ucapan iqomah-yaitu ucapan “had qomatish
sholah”-tidaklah ditirukan namun dijawab dengan ucapan “aqamahallahu wa
adamaha wa ja’alani min sholihi ahliha”. Begitu pula ucapan
tatswib-yaitu ucapan “ash sholatu khairun minan naum” dijawab dengan
“shadaqta wa bararta”. Sebagian ulama Syafiiyyah mengatakan bahwa
jawaban bacaan tatswib adalah “shadaqa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ashsholatu khoirun minan naum” [Fathul Aziz bi Syarhil Wajiz
atau disebut juga al Syarh al Kabir karya ar Rafii 3/205].
Dalil bahwa jawaban untuk ucapan ‘qad qomatish sholah’ adalah ‘aqomaha wa adamaha’ ialah sebuah hadits:
عَنْ
شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَوْ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّ بِلاَلاً أَخَذَ فِى الإِقَامَةِ
فَلَمَّا أَنْ قَالَ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله
عليه وسلم- « أَقَامَهَا اللَّهُ وَأَدَامَهَا ».
Dari Syahr bin Hausyah dari Abu Umamah atau dari salah seorang
sahabat Nabi, sesungguhnya Bilal mulai mengumandangkan iqomah. Tatkala
Bilal sampai pada kalimat ‘qod qomatish sholah’ Nabi menjawab,
‘aqomahallahu wa adamaha’ [HR Abu Daud no 528].
Tentang hadits ini al Hafiz Ibnu Hajar mengatakan,
وَهُوَ
ضَعِيفٌ وَالزِّيَادَةُ فِيهِ لَا أَصْلَ لَهَا ، وَكَذَا لَا أَصْلَ
لِمَا ذَكَرَهُ فِي ” الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ “
“Hadits tersebut adalah hadits yang berkualitas lemah dan bacaan
tambahan –yaitu ucapan “wa ja’alani min sholihi ahliha”- adalah bacaan
yang tidak terdapat dalam hadits. Demikian pula bacaan untuk jawaban
‘ashsholatu khoirun minan naum”-yaitu ‘shadaqta wa bararta’ adalah
bacaan yang tidak terdapat hadits yang mendukungnya” [at Talkhish al
Habir 1/412, Syamilah].
Karena tidak terdapat hadits dari Nabi-sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar
di atas- terkait bacaan khusus untuk ‘asholatu khoirun minannaum’- maka
jawaban untuk bacaan tersebut kita kembalikan kepada dalil umum dalam
masalah ini sebagaimana yang anda sebutkan dalam teks pertanyaan yaitu
mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh muazin. Sehingga jawaban
untuk ucapan ‘asholatu khoirun minannaum’ adalah ‘asholatu khoirun
minannaum’.
Kesimpulannya “ucapan ‘haqqan’ atau ‘shadaqta wa bararta’ atau ucapan
‘shadaqa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ashsholatu khoirun
minan naum’ sebagai jawaban muazin yang mengucapkan ‘asholatu khoirun
minannaum’ adalah termasuk bid’ah (baca:ibadah yang tidak pernah Nabi
ajarkan) karena yang Nabi ajarkan pada saat itu adalah mengucapkan
kalimat sebagaimana yang diucapkan oleh muazin yaitu ‘asholatu khoirun
minannaum’ [Shofwah al Bayan fi Ahkam al Iqomah wal Adzan hal 138 karya
Abdul Qadir bin Muhammad al Jazairi ta’liq al Albani dan Masyhur Hasan
al Salman, terbitan ad Dar al Atsariyyah Yordania, cetakan pertama 1430
h].
Catatan:
Banyak orang mengucapkan ‘shadaqta wa bararta’ padahal cara baca yang
benar menurut bahasa arab adalah ‘shadaqta wa barirta’ [Shofwah al Bayan
hal 138].